KISAHKU MENELUSIRI ALAM SIROWITI
DAN PASIR PUTIH
(Oleh : Hilal
Ardiansyah P)
Pagi itu ketika
aku ingin memanggil temanku di rumahnya ,
namun sebelum aku sampai di rumahnya kami sudah bertemu di jalan,
kemudian kami
menuggu teman teman yang lainya di depan sebuah toko milik seorang kiai
di
daerah tersebut. Setelah beberapa jam lamanya kami menunggu akhirnya
terkumpul
dari kami delapan tiem. Seketika itu pun kami memulai perjalanan.
Selanjutnya
untuk menambah anggota agar terliht ramai kami berhenti di depan pintu
gerbang
sebuah desa untuk menunggu anggota yang lainnya setelah beberapa menit
kami pun
sudah berkumpul semua dengan jumlah anggota 14 orang. Setelah itu kami
berangkat
dengan semangat yang mengelora ibarat api yang melalap jerami kering di
tenggah
sawa. Namun sayang seribu sayang ketika
kaki ini baru mendapat kan jarak 1 kilo sepedaku rusak dan tidak dapat
di pakai
lagi. Akhirnya aku pun menitipkan sepeda tersebut di depan rumah teman
ku yang
berasal dari satu daerah.
Dengan susah paya
aku berboncengan dengan temanku silih
berganti mengayu bahkan sempat karna jalan yang para membuat aku harus
jalan
kaki dan berlari guna menggejar rombongan yang sudah jauh berada di depanku. Pagi itu memang sangat mengguras
tenaga yang ku miliki, tapi untuk tujuan yang kuat dan memupuk tali
persaudaraan ku kerahkan semua energi yang ku miliki untuk menempuh
perjalanan
tersebut.
Berhenti adalah
suatu nikmat yang luar biasa pagi itu,
disamping jalanya yang jauh, jalan di daerah itu juga banyak tanjakan
dan
turunan bahkan banyak yang berlubang, sunggguh mengesalkan dan
menjengkelkan
tapi kejengkelan tersebut sirna ketika pandangan mata ini di suguhkan
dengan
hijaunya hamparan sawah yang menakjubkan
, sungguh indah sekali pemandangan yang belum perna ku lihat sebelumnya
dalam
hidup ini.
Setelah dua jam
perjalanan mengayu sepeda dari kota ke padalaman
di temani medan yang melelahkan akhirnya kami sampai di tujuan yang
pertama.
Tujuan tersebut adalah bukit sirowiti yaitu sebuah bukit yang terletak
di
selatan pantai utara gresik, setelah kami menaiki jalanan kami
memarkirkan
sepada kami di depan sebuah rumah kosong
di dekat pintu masuk, setelah itui kami membeli teket dengan harga
seribu per
orang, tapi karena keterbatasan biaya kami meminta keringanan, sukur
penjaga
pintu sudih memberikanya. Tapi ada satu hal yang menjengkelkan ketika
kami
hendak menelusuri tangga kami di jegat oleh seorang wanita, hal tersbeut
karena
kami sembarangan memarkirkan sepeda kami, walhasil sebagaian dari kami
pun
kembali dan memarkirkanya di tempat yang sudah di sediakan.
Tanggah demi
tanggah kami lalui, saking tinggihnya kami tak
kuat menaikinya kami pun berhenti sejenak untuk beristirahat dan
berfoto-foto,
setelah di rasa semua energi sudah terkumpul kembali, kami melanjutkan
perjalanan menujuh sebuah gua yang ada pada bukit tersebut. Tapi sayang
yang
berani memasukinya hannya aku dan satu adik kelasku, kami berdua dengan
semangat
tinggih memasuki gua tersebut dengan jalan masuk yang sangat sempit
sambil
menuruni tanggah dan di temani tetesan embun yang jatuh dari atap gua
tersebut.
Setibanya di dalam gua tersebuat aku berniat untuk menelusiri sudut demi
sudut
gua tersebut namun temanku takut dan mengajakku untuk kembali keluar.
Setelah
kami berdua keluar aku agak kaget melihat teman teman ku yang diam
seribu bahasa, namun aku tak memedulikanya
selanjutnya kami pergi menuju sebuah tempat yang nyaman untuk makan
rujak kami
pun menemukanya yaitu di sebuah lembah yang begitu juram jalan aksesnya
yang di
kelilingi jurang kanan kirinya, namun dengan keberanian kami
menuruninnya.
Di lembah
tersebut kami memulai menyantap hidangan yang
sudah di siapkan sebelumnya, namun ketikan aku mulai menyantapnya aku
kaget
karena melihat sebuah in memoriam seorang mahasiswa yang tewas di tempat
itu,
seketika itu aku kaget dan agak merinding tapi karena melihat teman
teman yang
pada asyik makan rujak aku pun melupakannya. Setelah di rasa cukup kami
berfoto-foto
dahulu sejenak sembari menghilangkan penat yang menyelubungi kepada dan
menggumpulkan energi yang telah terkuras habis untuk menuruni lembah
tersebut.
Dengan sekuat
tenaga kami menaiki lereng untuk kesekian
kalinya dan akhirnya kami sampai juga di
atas tak ambil lama kami langsung menuju tempat parkir di situ kami
berhenti
lagi karena kehabisan biaya untuk pembayaran parkir, kamipun bernego
dengan penjaga
parkir seorang wanita paru baya di temanai suaminya yang kelihatanya
galak dan
menyeramkan, setelah berhasi nego dengan mereka kami meluncur dengan
cepat
menelusuri jalanan yang turu dan lumayan curam dan menguji adrenalin.
Dalam perjalanan
selanjutnya kami akan menuju sebuah wisata
pantai yang terletak di pesisir gresik, dalam perjalanan kami kesana
kami
sempat transit di sebuah masjid untuk melaksanakan sholat dhuha setelah
itu aku
ingin mencoba memakai sepeda milik teman ku untunglah dia mau meminjami, jalanan yang turun menguntungkan
ku karena aku dapat sedikit menghemat energiku, sampailah aku dan kawan
kawanku
di tempat itu selanjutnya aku dan kawan kawanku merencanakan bagai mana
cara
masuk ke tempat itu aku pun menuju loket dan kembali menego penjaga
tiket
tersebut, sungguh wisaata yang paling hemat yang perna ku alami. Aku pun
berhasil nego dengan penjaga loket tersebut, kami pun masuk dengan
menahan rasa
malu yang sanggat, namun kami tidak memperdulikanya.
Di pantai kami
mengalami gangguan karena rasa mali di lihat
orang-orang, bayangkan ketika yang lainya memakai motor yang bagus bagus
denga
baju yang lumayan mahal, kami hanya menggunakan sepeda engkol tua yang
reot
yang sewaktu waktu bisa rusk di tenggah jalan, namun kami berusaha untuk
tidak
mempedulikanya dan terus melakukan perjalana menuju tempat parkir yang
jauh
dari pandangan mata yang menjengkelakan.
Tujuan pertama
kami adalah sebuah dermaga kesil di pantai
kami mengilangkan rasa jengkel yang adah dengan bermain ombak yang
lumayan
deras dan besar. Selanjutnya kami pun menyantap nasi bungkus yang sudah
kami
siapkan sebagai bekal untuk perjalanan tersebut. Setelah semuanya terasa
rilex
kami kembali berkumpul di bawah rindangnya pohon keres di temani kicauan
burung
burung secil yang mengumpulkan rerumputan. Akhirnyanakmi pun membuat
bara
selanjutnya kami membakar ayam di atasnya setelah dirasa agak matang
kami
menyantapnya dengan lahap sampai tak tersisa sama sekali.
Setelah puas
memakan ayam bakar yang agak mentah sebagaian
dari kami ada yang berenang dan sebagaian ada yang menunggu di bawah
teteduan
termasuk aku, melihat teman temanku yang sedang asyik bermain air aku
sangat
ingin ikutan tapi aku takut nanti badanku jadi gatal gatal dan melepuh.
Setelah
di rasa semuanya suda puas berendam di panasnya air laut yang dangkal di
sinari
cahaya matahari yang berwarna kuking kerongtan mereka keluar dari laut
dan
bergegas untuk pulang.
Di sini kesabaran
kami di uji kembali ketika menahan malu
keluar dari tempat wisata yang mengasyikan. Dengan menutupi kepalaku aku
mencoba menerjang kedepan dengan cepat agar tidak di lihat orang banyak,
akhirnya kami dapat keluar semuanya. Perjalanan yang jauh di bawah
teriknya
sinar matahari sudah mulai menungguh kami,kami terus berjalan menyusuri
pinggiran pantai yang lumayan mempesona. Kelelahan mulai terasa aku
sudah
kehabisan tenaga akupun berhenti sendirian di sebuah musola untuk
membersihkan
muka dan meminum air yang segar darinya. Namun ketika selasai aku tak
melihat
satu orangpun dari temanku perasaanku bercampur aduk karena aku sama
sekali
tidak tahu daerah itu sebelumnya. Ternyata dua temanku masih setia
menunggu
hatiku melega dan kembali meneruskan perjalanan.
Tak ku sadari
ternyata aku dan dua temanku sudah terlampau
jauh di belakan rombongan kami, setibanya di pertigaan kami binggung dan
agak
panik kemana kami harus memilih, perdebatan di antara kami pun tak
terelakkan
akhirnya aku membernikan diri untuk bertanya kepada seseorang yang
sedang
berada di tempat itu, tapi sayang orang tersebut tidak tahu akhirnya
kami
memutuskan untuk belok ke kanan dan ternyata benar mereka lewat situ
mereka
sedang istirahat aku pun ikutan beristirahat.
Waktu suda lumayan siang
kami mmelanjutkan perjalanan walau
pun aku harus mengguras tenagaku dalam dalam, untuk menambah setamina
kami
mampir sejenak di sebuah warung kecil dan terpencil, sembari meminum
dingginya
air teh kami bercanda tawa guna menghilangkan seluruh penat dalam
dada,semuanya
puas kami kembali menggayuh sepeda dan akhirnya tiba di desa tetangga.
Sebagaian langsung menuju rumah dan sebagaian masih ada yang terus
berjalan
kerena beda desa, termasuk aku aku pun dengan cepaat menggatuh sepeda ku
menuju
tempat tinggalku di sebuah masjid indah di depan kecamatan daerah itu.
Selesai
juga perjalanku menelusuri bukit sirowiti dan pasir putih
0 komentar:
Posting Komentar